Viral Penemuan Prasejarah di Bangka Belitung, Kepala BPCB Jambi dan Balar Palembang Langsung ke Lokasi

Penulis : Kulul Sari
Berita viralnya penemuan prasejarah di bukit batu kepale desa Gudang kecamatan Simpang Rimba kabupaten Bangka Selatan provinsi Bangka Belitung, menggelitik kepala kantor Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jambi dan kepala kantor Balai Arkeologi Palembang untuk terjun langsung ke lokasi penemuan pada hari kamis (10/9/2020).
Penemuan yang begitu yang sangat berharga ini membuka cakrawala baru bagi arkeolog dan ilmuan lain untuk mengungkap sejarah Bangka masa lalu yang hilang.
Dengan ditemukannya goresan yang terukir di batu granit gua bukit batu kepale, membuat tim arkeolog dan bpcb jambi mengambil langkah cepat untuk memastikan keasliannya.
Objek ini seakan-akan membuka ruang yang begitu berharga untuk mengungkap bahwa Bangka itu tidak hanya sekedar namanya Tua Bangka, tapi benar-benar Tua dalam sejarah.
Sehari sebelumnya yakni rabu (9/9/2020), kepala kantor bpcb Jambi yang diwakili Kasubbag TU Kristianto Juniardi dan Kepala kantor Balai Arkeologi Palembang Budi Wiyana menghadap secara khusus ke bupati Bangka Selatan Drs. H. Justiar Noer untuk menyerahkan hasil survey dan penelitian yang dilakukan oleh Balar Palembang dan BPCB pada hari ahad (6/9/2020).

Survey ke lokasi pada hari kamis kemaren, kepala kantor Balai Arkeologi Palembang dan BPCB Jambi langsung di dampingi dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam SKW 3 Resor Bangka Dedi Susanto dan Zainal Mutaqin.
Selain itu hadir juga Kasi cagar budaya provinsi Bangka Belitung, Kabid pembinaan kebudayaan, PLT Kasi cagar budaya, kasi sejarah dan Tradisi, Tim Ahli Cagar Budaya Bangka Selatan, Bekaes Budaya Bangka Belitung dan perangkat desa serta tokoh masyarakat desa Gudang.
Budi Wiyana, kepala kantor balai arkeologi Palembang mengatakan bahwa goresan yang ada dibatu granit itu memang benar peninggalan prasejarah dan diliat dari warna, di gua bukit batu kepale merupakan yang tertua,
“Benar ini peninggalan prasejarah dan kalau mau melihat usianya dari warna, kita membandingkan temuan-temuan yang berada di Indonesia Timur, dan yang tua itu warna merah marun seperti ini. Kalau yang hitam atau putih itu lebih muda. Kalau ini persis seperti yang ada di gua harimau di Ogan Komering Ulu”, jelasnya
Budi juga menjelaskan bahwa warna yang tertera itu mengandung zat jenis hematif yang di sebut oker, dan ia yakin diwilayah atau sekitar lokasi ini zat pewarna itu ada.
Mengenai kemungkinan adanya peninggalan berbentuk lain selain batu cadas diwilayah perbukitan ini dengan berdasarkan pengalaman, Budi Wiyana kurang yakin karena goa di Bukit Batu Kepale tidak seperti dihuni dalam masa yang lama, namun sepertinya hanya dihuni sementara.
“Gua yang biasanya dihuni oleh manusia prasejarah itu permukaannya kering dan datar, dan disitu biasanya kita menemukan apa yang mereka makan. Dan kalau dilihat dari batu- batu ini, kecil kemungkinannya. Dan tempat seperti ini biasanya hanya untuk tempat tinggal sementara”, ujarnya.
Untuk mengetahui keberadaan manusia prasejarah di bukit batu kepale dan sekitarnya, Budi mengatakan harus menemukan dulu kerangkanya. Dan bila kerangka di temukan akan di ketahui rasnya.

Ditambahkannya, temuan ini akan terus ditindaklanjuti tahun depan, dan rencana penelitian bukit batu kepale dan sekitarnya akan diusahakan multidisiplin.
“Kalau kami maunya yang idea, multidisipliner bersinergi, lintas instansi. Karena selama ini kita belum ada dengar prasejarah Bangka, kosong sama sekali, pertanyaan besar itu. Dan dengan temuan ini kita harap akan ada temuan yang lain. Bagi kami momen itu sangat penting. Kami akan mendorong dinas dan akan kita informasikan ke pusat. Ini perlu di lestarikan, ini sudah terlindungi ribuan tahun” pungkasnya.
Penemuan ini sangat spesial bagi arkeolog, karena hal ini belum pernah ditemukan bukti budaya prasejarah dari Pulau Bangka, termasuk budaya ‘seni-cadas’. Selain itu gambar-gambar di Bangka berada di ceruk dengan batuan penyusunnya Granit, di Indonesia hal ini belum pernah dijumpai. Kemungkinan ini bisa menjadi petunjuk awal, telah dihuninya Pulau Bangka oleh leluhur bangsa Indonesia yang saat itu telah menguasai seni.
Dedi Susanto, mewakili BKSDA Sumatera Selatan berharap dengan ditemukannya situs objek prasejarah ini semakin menambah potensi kekayaan di Taman Wisata Alam Bukit Permisan,
“Dengan adanya situs ini menambah potensi kekayaan baik wisata, sejarah dan bernilai tinggi bagi kawasan TWA Gunung Permisan, Kabupaten Bangka Selatan dan provinsi Kepulauan Bangka Belitung umumnya,” harapnya
Ia menitipkan pesan agar masyarakat menjaga potensi alam ini, juga pengunjung yang hendak melihat situs yang satu-satunya di Bangka Belitung,
“Diperlukan kesadaran bersama untuk menjaga kelestarian potensi ini dari kerusakan, baik dari alam maupun ulah oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab. Dengan menjaga dan melestarikan potensi ini berarti kita menjaga warisan anak cucu kita”, pesannya.
#Salam budaya, sejarah punya kita. (Koes /OB)